Siapa sangka dulunya balai pemuda adalah tampat dugemnya para penjajah. Lha?! Rakyat pribuminya gimana? simak kisah dibalik Balai Pemuda yang kita kenal sebagai tempat pameran kesenian ini....
Kalau ingin melihat berbagai pameran kesenian yang ada di Surabaya, tentunya kita sudah tahu kemana harus melaju. Ya ke Balai Pemuda. Walaupun sekarang menjadi tempat berbagai pameran kesenian dan acara-acara komersil maupun non komersil, dulu balai pemuda adalah tampat dugemnya para penjajah. Lha?! Rakyat pribuminya gimana? Cukup ngiler diluar pintu, masuk aja nggak boleh.
Memang, pada saat bangsa Belanda masih berkuasa, rakyat pribumi dilarang menginjakkan kaki di tempat ini. Kalau pun ada rakyat pribumi yang berada disana, sebagian besar dari mereka adalah para petinggi Negara yang memiliki pengaruh dan jabatan. Selebihnya, hanya sebagai pelayan.
Gedung ini baru dibangun sekitar abad ke-19 (1907an), Balai Pemuda (saat itu bernama De Simpangsche Societeit) ternyata digunakan sebagai tempat rekreasi, yaitu tempat yang sedianya digunakan untuk berpesta, arena dansa atau sasana bermain bowling yang diperuntukkan bagi para noni dan meneer Belanda. Balai Pemuda memilki 3 hall yaitu hall utama yang merupakan hall terbesar diantara hall yang kedua dan ketiga. Hall utama (sebelah utara) ini sekarang sering dipakai untuk pentas band, pameran, pertunjukan tari, perkawinan dan lainnya.
Tempat ini adalah tempat dansa yang cukup besar (waktu itu). Hall kedua juga merupakan tempat dansa tapi tempatnya lebih kecil dari hall utama. Lalu hall ketiga -bersebelahan dengan hall kedua- merupakan tempat jedang-jedung orang jadul.
Balai pemuda ternyata sudah berkali-kali berubah fungsi. Pada bulan November 1945, gedung ini dijadikan Markas Besar PRI (Pemuda Republik Indonesia) Pusat. Organisasi pemuda ini sering bertindak ekstrim, dan banyak orang Indonesia atau Belanda dituduh mata-mata diinterogasi oleh Bagian Penyelidik PRI di gedung ini.
Berikut ini adalah sejarah singkat bangunan tersebut yang disusun oleh Dinas Pariwisata Kota Surabaya:
1907 - 1945 (De Simpangsche Societeit): Milik suatu perkumpulan orang-orang Belanda bernama "De Simpangsche Societeit". Pusat tempat rekreasi orang-orang Belanda untuk pesta ria, dansa, tempat bowling, dsb.
1945 (De Simpangsche Societeit) : Gedung ini kemudian dikuasai oleh Arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI),sekaligus merupakan MARKAS PEMUDA arek-arek Suroboyo. Dengan perlawanan yang sengit dari tentara Belanda, maka arek-arek Suroboyo mundur dan akhirnya gedung ini dikuasai oleh tentara Belanda.
1950 (De Simpangsche Societeit) : Setelah Indonesia merdeka, arek-arek Suroboyo masuk ke kota dan gedung ini dikuasai oleh Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur.
1957 (De Simpangsche Societeit) : Dalam rangka pembebasan Irian Barat, Gedung dan seluruh inventarisnya oleh Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur di serah terimakan kepada Ketua Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya.
1957 (Balai Pertemuan Umum/Balai Pemuda) : Pemerintah Daerah mengubah fungsinya menjadi balai pertemuan umum dengan nama BALAI PEMUDA untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pertemuan, pesta, rapat,dsb.
1965 (Balai Pemuda) : Tak kalah pentingnya, BALAI PEMUDA juga dipergunakan sebagai sekretariat sekaligus markas Front Pemuda. Pada awal Orde Baru, gedung ini dipergunakan sebagai markas KAMI dan KAPPI dalam menumpas G30S/PKI.
1971-1972 (Balai Pemuda) : Gedung sebelah timur mengalami kerusakan. Oleh Walikotamadya Surabaya R.Soekotjo diambillah kebijakan untuk merubah gedung ini dan pada awal tahun 1972 terwujudlah gedung BALAI PEMUDA MITRA.
1974 (Balai Pemuda) : Dipergunakan sebagai sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan KNPI dengan segala Kegiatannya.
1979-1980 (Balai Pemuda) : Diadakan pemugaran gedung sebelah barat dan selesai pada tahun 1980. Tidak terjadi perubahan bentuk gedung sehingga nilai sejarahnya masih terlihat seperti aslinya.
1980 - sekarang (Balai Pemuda/DKS & PPKS/BMS) : Disebelah utara diberikan tempat untuk Dewan Kesenian Surabaya oleh Walikotamadya. Sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya (PPKS). Termasuk di dalamnya, pusat pembinaan seniman/seniwati muda yang tergabung dalam Bengkel Muda Surabaya (BMS) dan Akademi Seni rupa Surabaya (AKSERA). Karena Balai Pemuda merupakan salah satu Dinas penghasil PAD,maka kegiatan pokok dari gedung balai pemuda adalah dengan cara menyewakan gedung kepada masayarakat dengan berbagai tujuan, antara lain untuk : Resepsi Pernikahan, Seminar, Pameran, Audisi Seni, Pagelaran Musik dll.
Konon menurut cerita, halaman parkir ex Mitra 21 itu terbuat dari marmer. Tapi, kalau sekarang tetap terbuat dari marmer, butuh seciruty dobel kali yach. Takut rawan dicuri. (gal/bbs/kos)
No comments:
Post a Comment