Wednesday, 10 August 2011

Saksi Bisu Sejarah Surabaya


Gereja ini dianggap sebagai gereja pertama di Jawa Timur.Menjadi cikal bakal pembangunan Kota Surabaya.
Faishol Taselan
PEMERINTAH Kota Surabaya patut berbangga. Ada beberapa bangunan cagar budaya yang kini tengah bertarung di UNESCO 2010 Asia-Pacific Heritage Awards for Cultural Heritage Conservation, yartg berlangsung di Bangkok, Thailand.
Bangunan cagar budaya itu adalah Rumah Sakit Darmo, Hotel Mojopahit, dan Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria atau kerap disebut dengan Gereja Kelsapa.Di antara tiga bangunan cagar budaya itu, keberadaan Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan i Maria parut diperhitungkan. Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria Kepanjen yang dibangun pada 1899 hingga kini tetap mempertahankan arsitektur gereja yang asli.
Tidaklah sulit mencapai Gereja Santa Perawan Maria ini. Letaknya di belakang Kantor Pos Kebonjo dan Tugu Pahlawan.Gereja tersebut tetap dibiarkan sesuai dengan aslinya. Temboknya tidak pernah dicat atau dikapur. Keaslian gereja tersebut menambah pesona dan keanggunan sebuah bangunan bersejarah.Waanders akhirnya berinisiatif mendirikan rumah sekaligus sebagai tempat ibadah di Jalan Gatotan, Surabaya.
Seiring berjalannya waktu, rumah dan tempat ibadah itu telah memiliki umat. Pastor Waanders menjadikan Surabaya sebagai stasi kelima (cabang paroki) setelah Batavia, Semarang, Ambarawa, dan Yogyakarta. Surabaya di bawah stasi Prefekrur apostolik Batavia.Tepatnya pada 19 Maret 1811 telah ada umat Katolik yang dibap-tis. Buku bapris yang sudah tua itu masih bisa dilihat di sekretariatparoki. Ada tiga warga Surabaya yang pertama kali dibaptis, yakni Jan George Putera, Jan Marely, dan Elizabeth Christian. Adapun wali baptisnya ialah Sepsie.
Setelah tujuh tahun, barulah Pastor Waanders memberanikan diri membangun gereja pertama pada 22 Maret 1822 dengan nama Gereja Maria Geboorte. Tepatnya pada 1867, gereja itu mengalami retak-retak akibat gempa. Pada masa pelayanannya di Surabaya, gereja itu pun pernah dijadikan tempat pemberian pertolongan darurat warga Surabaya yang terserang wabah kolera.Gereja, yang kira-kira terletak di Jalan Cendrawasih dan Jalan Merak, itu dianggap sebagai gereja pertama di Jawa Timur. Sayang, sampai sekarang tidak ada sisa bangunan yang bisa dilihat.Pada 1889 Pastor CWJ Wenneker membeli sebidang tanah di Tempel straat yang sekarang menjadi Jalan Kepanjen. Di sinilah awal pembangunan Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria.
Bata dari Eropa
Membangun gereja itu tidaklah mudah terutama dari segi finansial. Perlu bantuan dana yang diambil dari yayasan amal gereja. Akhirnya pada 4 April 1899 gereja itu mulai dibangun dengan arsitek W Westmaas.
Agar fondasinya kuat, dibutuhkan, 790 tiang dari kayu galam yang didatangkan dari Kalimantan dan kapur dari Tulungagung. Sementara bata untuk tembok didatangkan dari Eropa sesuai warna aslinya. Adapun bangunan kayu di dalam gereja terbuat kayu jati, sedangkan kap serta puncak menara menggunakan sirap dari kayu besi. Pada 5 Agustus 1900, gereja itu sudah bisa dipakai untuk kegiatan kerohanian.Sayangnya, Pastor Waandersyang menggagas pembangunan gereja tidak bisa melihat bangunan tersebut. Sebab, ia telah pensiun melayani umat pada 1827 karena buta, dan ia wafat pada 9 November 1833.
Dalam perjalanan waktu, gereja ini juga pernah terbakar. Hampir seluruh bangunan hangus, yang tersisa hanya dinding dan sebagian pilar-pilar. Namun, dengan keahlian yang dimiliki kala itu, bangunan berhasil diselamatkan dan kini bisa dilihat secara utuh. "Inilah kesan yang mendalam bila akhirnya masuk dalam salah satu cagar budaya yang diajukan ke UNESCO,"kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Djoni Irianto.Vice Chairman Surabaya Heritage Freddy H Istanto menganggap Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria sebagai salah satu bukti awal pembangunan Kota Surabaya. "Adanya catatan baptis itu sudah bisa menggambarkan bagaimana Kota Surabaya ini dulunya dibangun," terang Freddy.
Terlebih banyak bangunan tua yang masih bisa ditemukan di seputar Surabaya, yang satu sama lainnya terkait dengan sejarah asal muasal pembangunan Kota Surabaya.Djoni menambahkan, ada beberapa bangunan sejarah yang menjadi pintu gerbang ke Surabaya seperti Masjid Kemayoran Surabaya, Gedung PTPN XII, Hotel Ibis, dan sederetan bangunan tua di sepanjang Jalan Kembang Jepun, Surabaya."Kami sedang mengembangkan wisata sejarah kota tua. Saat ini masih perlu pembenahan dan ditata agar cocok untuk para wisatawan," jelas Djoni. (M-3)miweekend® mediaindonesia.com

No comments:

Post a Comment