Di sisi lain orang tua harus berjibaku untuk mencari penghidupan di luar rumah demi menyangga ekonomi keluarga. Tentu saja hal ini menyulitkan untuk menerapkan pendidikan berbasis keluarga. Anak terpaksa di serahkan ke orang lain atau lembaga pendidikan lebih awal.
banyak anak,banyak rezeki,keluarga
Memiliki anak banyak tentu saja tidak diinginkan bagi sebagian orang. Itu sebabnya mereka membatasi jumlah anak menjadi dua atau tiga anak saja. Alasannya boleh jadi demi perawatan dan pendidikan anak yang lebih sempurna.
Bagi sebagian orang lagi memiliki anak banyak bukanlah menjadi persoalan. Mengurus anak maupun mendidiknya bukan lagi suatu persoalan. Toh, dari zaman dulu tugas rutin orang tua di lingkungan keluarga juga seperti itu di samping mencari nafkah.
Namun tidak dapat dipungkiri, mempunyai banyak anak juga akan membuat pusing kepala. Mengapa? Kebutuhan hidup orang zaman sekarang semakin banyak jenis dan macamnya. Kebutuhan primer, sekunder, tersier, bahkan mungkin kuarter. Bahklan sulit membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dan mana keinginan untuk mempertahankan status sosial.
Kemudian, biaya tarif dan jasa serta harga barang semakin melambung. Begitu pula harga bahan kebutuhan hidup sehari-hari sampai pada biaya pendidikan anak yang semakin hari semakin naik. Sementara penghasilan keluarga semakin tidak menentu.
Sebagian lagi ada yang tidak ambil pusing dengan kondisi seperti itu. Mereka menyerahkan semuanya pada yang Kuasa. Jika yang Kuasa memberinya anak banyak, diyakini rezki masing-masingnya sudah disediakan oleh yang Kuasa. Kedua orang tualah yang mengusahakan rezkinya dengan bekerja keras membanting tulang. Jika mereka berdoa, maka sekian pasang tangan anak-anak mereka, menampung untuk meminta kepada yang Kuasa agar kedua orang tuanya sehat dan rezkinya lancar.
Dapat disimpulkan bahwa filososofi banyak anak banyak rezeki akan direspon dengan berbagai sikap dan pandangan yang berbeda. Dan ini tentunya sah sah saja
No comments:
Post a Comment