Wednesday, 15 October 2014

Mitos dan Fakta Tentang Jenglot

Mitos dan Fakta Tentang Jenglot

MITOS-MITOS

1. Jenglot berasal dari petir
Ada sebuah mitos tentang asal-usul jenglot, makhluk yang berusia ratusan tahun, dengan postur tubuh kecil, wujudnya seperti mummy dengan ukuran panjang 5 hingga 10 cm. Makhluk dengan ciri khas tubuh mirip tubuh manusia yang kurus kering seperti mummy, itu berasal dari petir.
Menurut seorang paranormal dari semarang, jenglot katanya bersal dari petir yang dipegang oleh seorang wali bernama Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel dan Sunan Giri. Ketiga wali itu menganggap petir kurang ajar karena menyambar-nyambar saat mereka berjalan.
Petir itu kemudian ditangkap dan disabdo. Secara fisik dia menjadi jenglot berbentuk manusia, tapi sebenarnya dia itu jin.

2. Jenglot mahluk hidup di tengah hutan
Mitos lain, jenglot yang banyak ditemukan di beberapa wilayah di nusantara, misalnya Jawa, Kalimantan dan Bali, dipercaya memiliki kekuatan mistis dan memakan darah manusia. Masyarakat Indonesia meyakini jenglot sebagai makhluk yang memiliki kekuatan mistis dan dapat mengundang bencana.
Wikipedia berbahasa Indonesia menulis jenglot ini hidup di hutan belantara penuh dengan pohon raksasa tempat persembunyiannya. Karena bentuknya kecil, makhluk ini berjalan lambat. Jenglot hanya mampu keluar di malam hari karena tak ada binatang buas dan manusia yang akan mengganggunya dan menyebabkan kepunahan.
Dalam mitos jenglot dianggap memiliki kekuatan mistis. Namun secara medis, jenglot didefinisikan sebagai bukan makhluk hidup setelah diteliti oleh Tim Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Melalui foto sinar Rontgen, tidak ditemukan unsur tulang di tubuhnya, namun yang mengejutkan justru diperoleh dari penelitian DNA lapisan kulit jenglot yang mengelupas ternyata mirip manusia.

3. Jenglot itu benda mati tapi punya daya spiritual hidup
Beberapa literatur menyebut bahwa jenglot ditemukan saat sejumlah paranormal alias dukun melakukan tirakat di Wlingi, Jawa Timur tahun 1972. Mereka kemudian mendapatkan jenglot tersebut.
Temuan yang dipamerkan waktu itu ada empat, salah satunya disebut sebagai jenglot, berjenis kelamin lelaki dan konon pula bisa membantu mengamankan pemiliknya dari segala macam bahaya.
Jenglot sendiri diyakini adalah benda mati, alias bukan makhluk hidup. Meski jenglot bukan makhluk hidup, tetapi daya spiritual jenglot tetap hidup. Karenanya jenglot harus tetap diberi makan oleh orang yang memilikinya.
Makanan jenglot sendiri adalah darah manusia, tetapi tidak sembarang darah melainkan hanya darah golongan O dan AB dan juga minyak wangi.

4. Ada jenglot jelmaan petapa
Ada pendapat lain, jenglot pada masa ribuan tahun lalu adalah seorang petapa yang tengah mempelajari ilmu Bethara Karang. Ilmu Bethara Karang diyakini sebagai ilmu keabadian. Artinya, setiap orang yang memiliki ilmu tersebut akan hidup abadi di dunia.
Setelah itu, sang petapa menjadi emosional dan merasa sebagai jawara. Tak pelak, tubuhnya pun menyusut hingga akhirnya mengecil. Empat taring kemudian tumbuh memanjang, tak sebanding dengan lebar mulutnya.
Namun, akibat kutukan itu jasad jenglot tidak diterima di dunia sedangkan rohnya tidak diterima di akhirat, maka roh tersebut seperti terpenjara dalam jasad kecil itu.

FAKTA PENELITIAN
Namun benarkah makhluk gaib ini jelmaan manusia? Penelitian soal makhluk gaib berukuran kecil ini pernah dilakukan oleh sejumlah peneliti tanah air. Lalu bagaimana hasilnya? Berikut fakta-fakta terkait penelitian soal jenglot:

1. Kulit jenglot memiliki karakteristik DNA seperti manusia
Djaja Surya Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia selaku pihak yang berkesempatan meneliti makhluk fenomenal ini berhasil menemukan fakta yang mencengangkan. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia.
â??Saya kaget menemui kenyataan ini,â?? kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995.
Tetapi pada saat itu dia menolak anggapan seolah dirinya mengakui jenglot sebagai manusia. Karena bisa saja penyelidikannya meleset karena sampelnya terkontaminasi.
â??Misalnya, kulit jenglot sebelumnya terkena olesan darah manusia,â?? katanya.

2. Jenglot tak memiliki struktur tulang
Sementara itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Sampurna DSF di bagian Forensik RSCM, didapat bahwa jenglot tidak memiliki struktur tulang. Hasil rontgent yang disaksikan puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktik, ketika itu ternyata hanya menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala hingga badan.
Hal ini membantah anggapan awam bahwa jenglot adalah jelmaan manusia yang juga memiliki tulang seperti halnya manusia pada umumnya. Penelitian ini juga membantah anggapan jika jenglot berasal dari manusia yang berubah bentuk dan mengecil.

3. Tidak memiliki jaringan kuku dan empat gigi
Hendra salah seorang yang mengoleksi jenglot sempat menolak koleksinya tersebut untuk dibedah dan diteliti dengan alasan jasad Jenglot akan rusak. â??Akibatnya nanti tidak baik bagi kita semua,â?? katanya. Namun akhirnya dia bersedia koleksinya untuk dibedah.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, didapat informasi bahwa selain jenglot tak memiliki struktur tulang, jenglot juga tidak ditemukan jaringan kuku dan empat gigi. â??Ada bagian jaringan serupa daging, namun kita belum bisa memastikan apakah itu daging atau bahan lainnya,â?? kata Muh Ilyas, anggota tim forensik yang ikut membedah jenglot.

4. Jenglot tidak memiliki struktur seperti manusia
Beberapa anggapan yang berkembang di masyarakat merujuk bahwa jenglot bisa dikatakan jelmaan manusia. Namun hasil tersebut tidak valid dan masih perlu penelitian yang lebih jauh.

No comments:

Post a Comment