Tuesday 24 April 2012

Transplantasi Hati Tanpa Transfusi


Para ahli bedah di Califonia telah berhasil melakukan transplantasi hati rutin tanpa menggunakan transfusi darah ke pasien. “Bila kami dapat melakukan transplantasi hati, yang merupakan salah satu bedah yang paling sulit di daerah perut bawah tanpa tranfusi darah, maka kami sepertinya akan mampu melakukan berbagai pembedahan di bagian perut bawah tanpa tranfusi darah”, Dr. Singh Gagandeep menyatakan pada Reuters Health.

Pada Majalah American College of Surgeons, Gagandeep dan koleganya menggambarkan strategi yang mereka gunakan di RS Universitas Southern California-University untuk membedah 24 pasien dewasa pengikut dari Saksi Jehovah, dimana agamanya melarang penggunaan tranfusi darah.

Ke 19 pasien yang menerima transplantasi dari para donor hidup, dirawat menggunakan obat-obatan dan suplemen untuk membangun sel darah merahnya. Penutup digunakan pada 7 pasien untuk mencek pendarahan sekitar lambung-usus atas atau menurunkan tekanan darah.

“Kemudian ketika pasien dibawa ke ruang operasi, teknik bedah yang amat teliti harus sudah disiapkan; tetapi disamping yang disebutkan di atas, ada hal-hal yang dapat anda lakukan untuk membatasi kehilangan darah”, kata Gagandeep.

Salah satu langkah adalah menyelamatkan darah yang hilang selama pembedahan dan menginfus kembali darah tersebut ke pasien. Hal lainnya adalah mempertahankan tingkat cair yang normal dalam sirkulasi, ia menjelaskan, “sehingga pasien tidak mengalami shock”

Strategi lainnya termasuk memonitor komponen pembeku dalam darah dan merawat pasien dengan obat-obatan sebagaimana dibutuhkan. Akhirnya, ahli bedah tersebut mencatat, memonitor darah untuk menilai kemajuan pemulihan pasien setelah pembedahan harus digunakan dengan “bijaksana”. Seluruh pasien selamat kecuali dua yang mengalami gagal ginjal.

Sebagai tambahan untuk penerima transplantasi hati, Gagandeep berkata, mereka telah melakukan 81 prosedur untuk mengambil satu bagian hati dari donor “dimana kami hanya menggunakan satu unit darah pada setiap pasien, sehingga kami mengerjakannya seperti bentuk seni”.

“Kami tentunya tidak melihat pengawetan darah sebagai seni melainkan sebagai ilmu pengetahuan”, tambahnya. “Tidak peduli bagaimana amannya kami melakukan donasi darah, akan selalu ada resiko penularan penyakit”.

Dalam 10 hingga 15 tahun mendatang, ia memperkirakan, “Kami mudah-mudahan tidak lagi harus menggunakan produk darah sama sekali, sebagai gantinya dapat menggunakan produk sintetis”.

http://www.theepochtimes.com/news/5-9-23/32581.html*

No comments:

Post a Comment