Thursday, 2 February 2012

Cara Agar Sperma Unggul dan Bayi Anda Seperti Bule



Anda ingin punya anak bermata biru, berambut pirang, dan berhidung bangir? Sekarang boleh pesan dari Amerika Serikat dan Australia. Di sana tersedia bank sperma yang menyimpan sperma unggul. Sistem itu, menurut ahli kebidanan dan kandungan Universitas Indonesia, Dokter Sugiarto Subiyanto, sebenarnya sudah dikuasai dokter Indonesia. Hanya saja agama, etika, dan peraturan pemerintah tidak mengizinkan.


Selama ini yang bisa dilakukan, menurut Ketua Pelaksana Proyek Bayi Tabung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, adalah menyimpan sperma untuk dipakai pada istrinya sendiri. Jika ada kejadian, seorang lelaki menderita kanker, misalnya, dan ia harus diradiasi padahal akibat radiasi ini bisa merusak pabrik sperma maka sperma sebaiknya diambil dan disimpan lebih dulu. Benih itu dapat disimpan di bank sperma selama lima tahun, yang sewaktu-waktu bisa untuk membuahi istrinya. Namun, kalau pemilik sperma itu kemudian meninggal, sang benih itu harus dibuang.

Donor sperma tampaknya tidak dimungkinkan di Indonesia. Pertimbangannya, suatu ketika bisa terjadi sperma bapak didonorkan ke anaknya atau terjadi pencampuran antar-keluarga sendiri. Hal ini jelas dilarang agama. Untuk itu, upaya mendapatkan anak yang lahir normal bisa dilakukan dengan cara memilih sperma jagoan.


Kenormalan sperma maupun sel telur yang terlibat dalam proses pembentukan anak manusia sangat memegang kunci untuk melahirkan bayi lincah dan montok serta bebas dari kecacatan. Hal ini tentu punya andil dalam proses meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menjadi tema Hari Kesehatan Nasional yang puncak acaranya pada 12 November ini. Sekarang ini, seperti disampaikan Menteri Kesehatan Sujudi, tinggi rata-rata murid SMP naik 15 sentimeter, dan panjang bayi baru lahir juga meningkat rata-rata 1,5 sentimeter.

Kualitas manusia tampaknya tidak cukup hanya digenjot ketika mereka lahir. Namun juga sangat bergantung pada proses pem- bentukan saat masih di dalam rahim. Ini pernah dilakukan di masa Hitler. Pemimpin Jerman tersebut, saat itu, ingin membuat manusia hebat dengan cara mengumpulkan pasangan manusia unggul. Tujuannya: diharapkan nanti mereka akan malahirkan manusia super.

Cara Hitler itu diakui oleh ahli genetika Profesor Sangkot Marzuki bisa dilakukan. Tapi masih ada cara lain, yaitu lewat rekayasa genetika, meski secara teknik masih jauh dari jangkauan. Sebab jumlah gen manusia pasangan basa ada tiga milyar. Kalau terus dihitung maka yang terpakai paling 10% dari total DNA (asam dioksiribonukleat) yang ada. Kira-kira gen kita mempunyai informasi sebanyak 50.000-100.000 gen. "Nah, untuk membuat manusia unggul ditentukan oleh kualitas dari gen-gen tersebut," katanya.

Apalagi tiap sifat manusia ditentukan lebih dari satu gen. Kecerdasan, misalnya, ditentukan oleh beberapa macam gen. Untuk menentukan faktor manusia unggul banyak melibatkan gen-gen. Sedangkan kemampuan untuk memperbaiki satu sifat gen yang rusak, sekarang ini teknologinya sudah ada. "Gen terapi itu sekarang masih berjalan, sekitar 2-3 tahun lagi untuk penyakit tertentu sudah bisa dilakukan di sini," kata Sangkot.

Sekarang ini para ahli arahnya sudah mencari letak gen yang mengatur sifat manusia. Gen-gen apa saja yang menentukan inteligensia, misalnya, nanti bisa ditentukan dengan penanda-penanda yang ada pada embrio. Sedangkan yang sudah ditemukan adalah penanda gen yang menyebabkan kelainan genetik, seperti gen penyebab kanker payudara dan gen penyebab homoseksual. Baru-baru ini juga ditemukan oleh ahli dari Universitas Pennsylvania, AS, yaitu gen yang menyebabkan virus AIDS mampu berkembang-biak dalam tubuh.

Semakin banyak penanda kelainan gen yang ditemukan, menurut Sangkot, kemampuan melakukan seleksi akan semakin cepat. Dalam jangka panjang, para ahli akan mampu memilih embrio (bakal janin) yang bersih dari kecacatan akibat penyakit keturunan, walaupun dalam prakteknya tidak semudah itu. Misalnya, menurut Sangkot, ada keluarga yang ingin mengetahui bakal anaknya nanti normal atau punya kelainan genetika. Ahli kebidanan akan mengirim ke ahli genetik.

Dan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan kelainan genetik itu sekarang ini sudah bisa dilakukan di Lembaga Eijkman, Jakarta. "Kami hanya melakukan pemeriksaan, selanjutnya kami serahkan ke ahli kebidanan," kata Sangkot, yang juga direktur lembaga tersebut.

Jika ada pasangan yang mempunyai kelainan, menurut Sugiarto, ahli kebidanan berusaha memberikan penjelasan. Sedangkan keputusan tetap berada di pihak keluarga itu sendiri. Yang jelas, untuk mendapatkan anak normal, katanya, minimal satu kali dalam masa pernikahan, pasangan harus melakukan pemeriksaan kualitas sperma dan sel telur. Biasanya, kalau keluarga itu baik artinya, ogah berganti-ganti mitra seks maka sangat kecil kemungkinan terjadi infeksi atau kerusakan sperma maupun sel telur.

Kerusakan sperma ternyata bukan hanya akibat seks bebas. Menurut hasil pengamatan Profesor Arjatmo Tjokronegoro, ahli sperma di FK Universitas Indonesia, telah ditemukan sperma loyo pada beberapa pasiennya, yakni hanya ada 40% yang gesit dari yang seharusnya 60-75%. Padahal, usia mereka masih sekitar 30 tahun.

Menurut kepala bagian Biologi FK-UI ini, di antara penyebab sperma loyo adalah stres, rokok, dan gemar menenggak minuman beralkohol. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pengaruh polusi lingkungan dan celana dalam yang terlalu ketat. Celana ketat membuat testis tergencet dan kepanasan, sehingga membuat sperma mati atau loyo. "Sedangkan untuk melahirkan manusia normal, spermanya memang harus berkualitas jagoan," kata Profesor Arjatmo.

teringan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment