Monday 10 August 2015

Alasan Jari Kelingking Digunakan Sebagai Sebuah Janji

Semua pasti telah tahu bahwa dalam sebuah pertemanan, berpacaran ataupun kehidupan sehari-hari , ucapan janji sangat identik dengan menyilangkan 2 jari kelingking diantara 2 orang.Tradisi Unik ini masih berlaku hingga jaman sekarang, namun ucapan janji dengan kelingking lebih cenderung di gunakan oleh anak-anak

Tidak hanya sekedar mengetahuinya, mungkin anda juga termasuk orang yang sering menggunakan jari kelingking dalam mengucapkan janji , namun pernah anda berpikir mengapa janji harus menggunakan jari kelingking, mengapa tidak menggunakan jempol, jari jelujuk, jari tengah ataupun jari manis?

Seperti di lansir stackexchange.com , sebenarnya janji dengan mengunakan jari kelingking merupakan sebuah tradisi yang berasal dari Jepang namun banyak yang mengira bahwa ini merupakan sebuah kebiasaan yang di ciptakan oleh orang Amerika Serikat. Janji jari kelingking merupakan sebuah tradisi jepang bernama Yubikiri atau dalam bahasa Indonesia berarti memotong jari.

Apa kaitannya antara sebuah janji dengan memotong jari?

Jika menelisik ke masa lalu, Yukibiri merupakan sebuah kebiasaan Yakuza yang ada di Jepang saat seseorang Yakuza tidak dapat menepati perjanjian dengan kelompok tertentu sehingga di wajibkan untuk memotong jari kelingkingnya.

Tidak hanya itu, di Jepang juga terdapat sebuah lagu anak-anak yang menyeramkan yang berkaitan tentang Yubikiri, di mana dalam lagu tersebut memiliki syair yang tersebut memiliki arti seperti ini : " janji jari kelingking, jika kamu bohong, aku akan membuatmu menelan 1000 jarum ".

Dari kisah Yubikiri tersebut, seperti di kutip dari laman Wikipedia.org , pada tahun 1860, jari kelingking mulai menyebar ke negeri paman sam, dan mulai di kenal oleh orang-orang Amerika Serikat bahkan tidak hanya itu, Jari kelingking atau yang di kenal sebagai Pinky Swear oleh mereka di masukan kedalam Bartlett's Dictionary of Americanisms.

Saat itulah, Amerika Serikat menjadi pelopor yang mengenalkan janji jari kelingking sebagai sebuah simbol perjanjian ke seluruh dunia, juga Indonesia mulai mengenal kebiasaaan ini.

No comments:

Post a Comment