Wednesday 11 September 2013

Kenapa Peminum Alkohol Bisa Bertindak Nekat ?

Banyak kabar terdengar, untuk memperoleh kepercayaan diri yang kuat maka seseorang mengonsumsi minuman alkohol. Cara ini konon kerap dilakukan sebagian artis sebelum naik panggung, agar dirinya tidak merasa gugup. Pada orang-orang yang berniat untuk tawuran, minum alkohol dipercaya memunculkan keberanian.

Ditinjau dari sisi medis, memang ada hubungan antara alkohol dan pengaruhnya menjadikan seseorang berbuat nekat. Studi yang dilakukan Universitas Illinois di Chicago College of Medicine menemukan, hal itu terjadi karena alkohol mempengaruhi kerja otak. Alkohol membuat komunikasi bagian otak yang disebut amigdala dan korteks prefrontal menjadi bermasalah. Kedua bagian tidak terhubung secara sempurna.

Komunikasi amigdala dan korteks prefrontal ini diperlukan agar seseorang bisa menganalisa lingkungan. Analisa ini diperlukan supaya terbentuk sebuah informasi yang kemudian merangsang otak untuk menentukan reaksi yang perlu diambil.

“Ketika amigdala dan korteks prefrontal berinteraksi, memungkinkan kita untuk secara akurat menilai lingkungan kita dan memodulasi reaksi kita terhadap hal itu , ” kata Dr Phan Luan , profesor psikiatri di Universitas Illinois, seperti dikutip She Knows.

” Pengolahan emosional melibatkan antara amigdala dan daerah otak yang terletak di korteks prefrontal yang bertanggung jawab untuk kognisi dan modulasi perilaku , ” tambah Dr Phan.

Sewaktu alkohol membuat komunikasi antara amigdala dan korteks prefrontal terganggu, maka seseorang memiliki reaksi emosional yang cenderung negartif. Misalnya, mereka tidak takut berbuat sesuatu yang memalukan, tidak segan melakukan penyerangan atau agresif, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka juga tidak mampu membedakan ekespresi emosi yang berbeda.

Tidak heran jika peminum alkohol kadang tidak bisa dipahami ucapannya. Kadang tindakannya pun diluar batas kelayakan. Mereka tidak mampu menganalisa lingkungannya dan bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu.

Studi diterbitkan dalam jurnal Psychopharmacology.

sumber

No comments:

Post a Comment