Pernah melihat film Stigmata yang dibesut oleh Ruper Wainwright dan dibintangi Patricia Arquette 1999 silam? Di sana diceritakan bahwa seorang hairdresser atheis justru mengalami tanda-tanda stigmata, di mana di beberapa bagian tubuh terdapat luka misterius. Luka yang mirip dengan yang dialami Yesus saat disalibkan. Film tersebut diilhami dari kisah nyata, yang ternyata tidak dialami oleh satu orang saja di dunia.
Ada sekian banyak orang, baik wanita maupun pria yang dilaporkan pernah mengalami stigmata di dalam hidupnya. Muncul luka-luka seperti dipaku dan berdarah dengan tiba-tiba, tanpa penyebab, dan tanpa ada yang tahu dari mana asalnya. Mengapa muncul pada orang-orang tersebut juga masih meninggalkan tanda tanya besar. Yang jelas, hingga kini masih ada orang yang mengalaminya, dan masih hidup dalam rongrongan stigmata.
Berikut ini, seperti dikutip dari ListVerse, adalah lima orang wanita yang pernah mengalami tanda stigmata di dalam hidupnya.
Enza Milano, 1970
Berawal di tahun 1970, di sebuah kota kecil bernama Termini Irnerese, Sicilia. Dua tahun sejak kematian pendeta Padre Pio, yang mengalami stigmata, seorang wanita berusia 32 tahun mengaku mendapat kunjungan dari roh Padre Pio.
Dalam mimpinya, Enza Milano mengaku telah ditusuk di kedua telapak tangan, kaki, dan dada dengan menggunakan pisau yang berkilau. Secara misterius kemudian luka-luka tersebut benar-benar muncul pada tubuh seperti di dalam mimpi.
Ia kemudian memeriksakan diri ke dokter dan meminta perawatan darinya. Dokterpun menutup luka dengan perban. Dan keesokan harinya, saat perban tersebut dibuka, luka tersebut justru tidak sembuh dan semakin parah.
Tidak diceritakan kembali bagaimana nasib Enza Milano setelah itu.
St. Gemma Galgani 1903
Lahir di Carnigliano, Italia dengan nama Maria Gemma Umberta Pia Galgani, Gemma dilaporkan mengalami stigmata pada usia 21 tahun. Kabarnya secara misterius ia mengalami luka di telapak tangan, pergelangan kaki, dada dan luka di kepala seperti mahkota duri.
Darah selalu mengalir keluar dari luka tersebut setiap Kamis malam pukul 11.00 hingga Jumat sore pukul 03.00.
Awalnya ia selalu menyembunyikan luka dan sakit yang dirasakannya. Namun, kemudian ia mengaku pada gereja. Sepanjang hidupnya kemudian ia habiskan dengan berdoa dan menerima luka tersebut. Sayangnya, kemudian ia menutup mata di tahun 1903 karena penyakit Tubercolosis.
Marie Rose Ferron, 1936
Seorang wanita yang dilahirkan pada 1902, bernama Marie Rose Ferron mendapat penglihatan Yesus kecil di usia 6 tahun. Iapun dibesarkan secara religius dan pengalaman yang semakin nyata.
Hingga usianya mencapai 22 tahun, ia dikabarkan tidak pernah makan makanan padat dan hanya bertahan dengan mengonsumsi makanan cair. Di usia 26 tahun kemudian ia mendapati tanda-tanda stigmata pada tubuhnya. Di telapak tangan, pergelangan kaki, dada, di bahu serta di kepala. Darah juga keluar dari mata dan mulutnya.
Anehnya, luka-luka tersebut hanya muncul di hari Jumat dan menghilang di hari Sabtu. Saat ia meninggal, lebih dari 15 ribu orang datang menyaksikan pemakamannya di tahun 1936.
Therese Neumann, 1962
Therese Neumann, dari Bavaria dilahirkan pada tahun 1898. Pada usia 18 tahun ia jatuh dan kemudian buta secara temporer. Karena jatuh lagi, pada tahun 1919 ia menjadi buta permanen. Ia kemudian menghabiskan hidupnya dengan berbaring di ranjang.
Keluarganya selalu mendukung secara materi maupun psikis. Mereka selalu membacakan cerita-cerita religius. Dan setelah 6 tahun berbaring di ranjang, secara ajaib ia mendapatkan kembali penglihatannya dan bisa berjalan dengan normal.
Namun kemudian tahun 1926, ia bermimpi bahwa dari matanya keluar darah serta terdapat luka. Dan demikian, tanda-tanda stigmata terlihat pada telapak tangan, pergelangan kaki, dahi, dan punggung. Tanda stigmata begitu terlihat hebat pada dirinya, karena darah keluar dari mata dan beberapa bagian tubuh yang terluka.
Semua luka itu hanya muncul pada hari Jumat Agung.
Mary Ellen Lukas, 1954
Mary Ellen Lukas adalah wanita yang dilaporkan belakangan ini mendapat luka stigmata. Kabarnya ia masih hidup hingga tahun ini.
Selama bertahun-tahun lamanya, ia menyimpan cerita stigmata ini dari media dan berusaha menyimpannya demi nama gereja. Ia tak pernah menunjukkan jati dirinya dan bagaimana luka tersebut didapat kepada media.
Namun ia berkeliling negara dan memberikan kesaksian di gereja-gereja. Dan menceritakan bagaimana pengalaman stigmata yang dialaminya.
Sama seperti wanita lain yang mengalami stigmata, darah keluar dari telapak tangan, pergelangan kaki, serta dahi. Dan darah serta luka tersebut semakin parah saat Jumat Agung atau ia menyebutkan kata Ekaristi.
Ia sama sekali tidak mengijinkan media mengambil foto lukanya, sehingga ia selalu bepergian dengan menggunakan sarung tangan hitam untuk menyembunyikan luka tersebut.
sumber
No comments:
Post a Comment