Saturday 13 October 2012

Perangi Demam Berdarah dengan Teknik Serangga Mandul



Teknik Serangga Mandul (TSM) yang dikembangkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dapat menjadi cara pengendalian baru nyamuk demam berdarah (DB). Sejak tahun 2011, metode TSM telah diaplikasikan di beberapa kota di Tanah Air. Hasilnya, TSM mampu menurunkan populasi nyamuk hingga di atas 90%.

"TSM merupakan produk inovasi terbaru pengendalian nyamuk yang layak dijadikan andalan pengendalian DB," kata Kasubdit Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan, Winarno, dalam penandatanganan
nota kesepahaman antara Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) dan BATAN di Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (25/9) lalu.

Selain diuji coba di Salatiga, TSM juga sudah dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara (Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung). Meskipun kota-kota yang diuji coba memiliki karakteristik berbeda, TSM terbukti tetap dapat diaplikasikan dan mampu menurunkan populasi vektor secara drastis.

Namun demikian, Kepala B2P2VRP Bambang Heriyanto berharap, kedepannya TSM bisa jadi andalan membasmi nyamuk penyebab DBD (Demam Berdarah Dengue). Walau masih membutuhkan kajian lebih dalam lagi. "Namun yang jelas dengan turunnya jumlah vektor, jumlah gigitan kepada manusia pun berkurang," ujarnya.

Di Salatiga, uji coba TSM dilakukan di dua kelurahan yakni Sidorejo dan Glontongan, Februari lalu. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Sovie Hariyanti, sejak TSM diaplikasikan, pihaknya tidak menemukan adanya
kasus DBD di dua kelurahan tersebut. "Harapan saya TSM bisa diaplikasikan di seluruh kelurahan di Salatiga," ujarnya.

Metode yang digunakan BATAN sebenarnya tidak terlalu rumit. Mulanya, peneliti menyeleksi nyamuk jantan dan memandulkannya dengan radiasi nuklir gamma berdosis 70 Gy. Nyamuk jantan yang telah mandul kemudian dilepas di rumah warga dan dibiarkan bersaing secara alamiah untuk mengawini nyamuk betina. "Dengan begitu, pembiakan telur bisa diputus," ujar peneliti BATAN Ali Rahayu.

Nyamuk jantan dipilih karena nyamuk ini tidak berperan sebagai vektor dan lazimnya tidak menggigit manusia. Berbeda dengan nyamuk betina yang harus menghisap darah manusia secukupnya untuk mematangkan telur-telurnnya. Untuk setiap rumah, BATAN melepas 40 hingga 60 ekor nyamuk jantan mandul. Pelepasan nyamuk dilakukan secara reguler sekali sepekan selama lima pekan berturut-turut.

Menurut Ali, meskipun terkena radiasi gamma, nyamuk jantan mandul dapat bersaing secara normal dalam perburuan membuahi betina. "Nantinya nyamuk jantan mandul yang akan memenangkan persaingan karena jumlahnya lebih besar," ujarnya.

Hama jantan mandul yang kawin dengan nyamuk betina tidak menghasilkan keturunan. Setelah beberapa generasi berturut-turut dilepaskan, maka populasi hama akan terus menurun sampai angka nol. "Sesuai dengan umur nyamuk yang hanya satu setengah bulan," jelas Ali lagi.

TSM, lanjut Ali, juga lebih ramah lingkungan dibanding fogging atau pengasapan yang mengandung racun. Untuk satu paket TSM, warga per satu RT hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 75 ribu.

"Bandingkan dengan metode fogging yang satu paketnya mencapai Rp 1,5 juta. Selain itu, fogging terus-menerus dengan dosis yang kurang tepat juga dapat berpotensi membuat nyamuk resisten terhadap insektisida," tandasnya.

sumber:

No comments:

Post a Comment