Monday 8 October 2012

9 Sisi Lain Dari Chef Juna


1. Jadi Chef Karena Kondisi


Menelan kecewa ketika sekolah tempatnya menempuh studi jadi pilot ditutup, Juna muda memilih bertahan di Amerika. Desakan ekonomi membuatnya bekerja jadi pelayan restoran. Dari sanalah karir kuliner ini berawal.

"Seorang koki yang melihat potensi, kerja keras serta kemauan saya menawarkan saya menjadi koki. Dia mengajari saya memasak. Semenjak saat itulah saya terjun ke dunia kuliner." 


2. (Tidak) Jahat dan Kejam


Mengakui dirinya adalah pribadi keras dan tegas, Juna menolak disebut kejam. Hal itulah yang diterapkannya ketika menjadi juri dalam program sukses THE MASTERCHEF. Menurutnya, ketegasan itu semata karena ia ingin kontestan THE MASTERCHEF berhasil.

"Saya ingin mereka tahu apa yang saya lalui untuk menjadi seorang chef tidak mudah. Saya suka tersenyum dan tertawa kok, jadi kalo dibilang kejam, tidak juga sih."


3. Bisa Menangis..


Penonton program THE MASTERCHEF terhenyak ketika Juna meneteskan air mata dalam salah satu episode, karena salah satu kontestan, Chef Baguzt, keluar. Seolah baru tersadar, Juna adalah manusia biasa yang punya perasaan.

"Saya menangis karena saat itu puncak emosi saya. Chef Baguzt tidak mau mendengarkan nasehat saya, dan dia tidak pakai otak. Dia bilang masak pake hati, tapi saya bilang masak itu pakai otak."

"Jujur Baguzt adalah Chef yang baik dalam performance dan cita rasa, tetapi itu yang saya bilang, dia tidak mendengarkan saya. Itu yang membuat saya menangis, terlebih karena kedekatan emosional, di mana dari semua Chef, Baguzt sosoknya hampir sama seperti saya."


4. Punya Hobi dan Kesukaan


Mengendarai motor gede, Harley Davidson adalah spesifikasi hobi Juna. Tak ada film tentang memasak yang jadi kesukaan, tetapi siomay Bandung menjadi makanan kegemaran. Dia pun tak anti menyantap makanan yang dijual di pinggir jalan. Masakan bercita rasa pedas? Juna takkan ragu memakannya.

"Saya memang tipe orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan untuk tahu tentang kuliner, saya mencari sumber informasi dari semuanya, apalagi dari buku."


5. Selalu Menuntut Kesempurnaan


Bukan hanya dalam hal memasak yang selalu dikerjakannya dengan bersungguh-sungguh, namun segala hal. Tak heran, Juna menuntut kesempurnaan. Misalnya, memilih wanita cantik atau wanita cerdas, dia ingin wanita cantik dan cerdas.

"Masak bagi saya merupakan hal yang gak mudah dan gak semua orang bisa. Memasak bukan masalah kemampuan saja, tapi lebih kepada kemauan keras untuk bisa."


6. Tak Menyesal Bertato


Tampil di publik dengan tubuh dipenuhi tato, Juna menyatakan tak ada penyesalan. Dia mengenal tato di usia 15 tahun, hingga kini memenuhi tangan, punggung dan kakinya. Lebih suka tato berukuran besar atau block, menurut Juna semua tatonya punya kisah tersendiri.

"Memang awal-awal saya tato, saya takut tato saya terkena minyak saat memasak, tapi saya atasi dengan memasak menggunakan lengan panjang.  Tapi sekarang ini saya sudah tidak perduli sih, kalo terkena minyak ya gak papa, kan tuntutan pekerjaan."

"Kalo keinginan untuk menghapus tato ga ada tuh, saya merasa nyaman dengan tato saya. Di luar negeri, tato bukan menjadi acuan bagi seseorang untuk dapat bekerja. Bagi saya, tato adalah seni."


7. Suka Musik Death Metal


Musik ternyata kerap menemani Juna saat memasak, khususnya musik death metal. Rupanya, itu juga berpengaruh ke gaya busana. Itu sebabnya Juna punya sekitar 200 baju berwarna hitam. Bermain musik memang di luar kemampuannya, tetapi soal bernyanyi?

"Pernah nyanyi sih, tapi saya sudah lupa, dan itu suatu hal memalukan bagi saya yang gak akan pernah terulang lagi, tapi saya tidak mau menceritakannya. Saya tidak pernah bermain band."


8. Punya Rasa Takut


Gagal menjadi ayah, itu ketakutan terbesar seorang Chef Juna. Menikah selama 1,5 tahun, dia bertekad selalu jadi pelindung bagi anaknya. Dia pun berjanji tak mau memukul jika sang anak berbuat salah.

Daripada memukul, yang diinginkan Juna adalah mengetahui kesalahan itu dan memperbaikinya bersama. Apalagi, di masa mudanya, dia mengaku tak sedikit melakukan kenakalan.


9. Sangat Cinta Profesi


Berawal dari keterpaksaan kondisi, Juna menolak mengasihani dirinya sendiri. Dia berjuang dan bekerja keras, dan kini berbahagia ketika dituntut berkreasi dengan kreativitas. Karenanya, dia tak suka bermain-main saat memasak.

"Memasak adalah dunia saya, pekerjaan saya. Tidak ada batasan umur bagi saya untuk berhenti memasak atau pensiun. Rasa ingin tahu saya yang kuat membuat saya selalu terus berkreasi di dunia masak."

sumber:kapanlagi.com








No comments:

Post a Comment