Friday 14 September 2012

Seksomnia: Seks Sambil Tidur Atau Tidur Sambil Bercinta?


Satu hal yang bisa menjelaskan apa itu seksomnia adalah penderitanya melakukan seks sambil tidur. Bahkan penderita seksomnia melakukan masturbasi, bercumbu atau bercinta dengan pasangan hingga sekedar mengeluarkan erangan seksual yang cukup keras dalam keadaan tertidur. Parahnya lagi, keesokan harinya mereka tak ingat apapun soal itu.

Tergantung pada kondisi si penderita, gejala seksomnia ini bisa saja menyenangkan ataupun merusak kehidupan cinta penderitanya. Pasalnya, penderita seksomnia tak memegang kendali atas segala hal yang dilakukannya saat tidur sehingga menimbulkan perasaan bersalah, kebingungan atau bahkan malu bagi penderitanya.

Pasangannya pun bisa jadi malah ketakutan karena tak pernah bisa menduga hal apa saja yang bisa dilakukan penderita dalam tidurnya.

Apa penyebab seksomnia?
"Sama halnya dengan makan atau melindungi diri dari bahaya, seks sebenarnya adalah dorongan utama (primal impulse) yang dimiliki setiap manusia," terang Michael Cramer Bornemann, MD, pakar forensik tidur dan direktur Minnesota Regional Sleep Disorder Center.

Impuls itu tersimpan di batang otak dan terletak di bagian paling dasar otak manusia. Tapi untungnya manusia juga memiliki korteks yang berfungsi untuk mengendalikan aksi-aksi yang didorong oleh impuls itu.
Ketika Anda tidur, korteks juga ikut beristirahat tapi batang otak tak pernah berhenti bekerja selama 24 jam. Mungkin Anda akan terangsang oleh sebuah mimpi atau terangsang oleh keberadaan pasangan di samping Anda tapi bagi orang biasa dorongan ini hanya akan berhenti sampai disitu saja.

Sebaliknya, pada penderita seksomnia impuls itu benar-benar akan mendorongnya untuk meneruskan rangsangan dan mewujudkannya dengan tindakan dalam keadaan tertidur. Hal ini karena batang otak berada sangat dekat dengan bagian otak yang mengatur aktivitas tidur manusia.

Meski impuls ini bisa saja gagal meneruskan rangsangannya, tapi jika bagian otak yang mengatur aktivitas tidur secara tak sengaja merespons rangsangan yang dirasakan penderita saat tidur maka Anda takkan hanya bermimpi tentang seks tapi juga benar-benar melakukannya.

"Kondisi ini bisa terjadi pada siapapun. Pada beberapa orang 'kelainan' ini akan terjadi pada waktu-waktu tertentu, tapi pada orang lain, hal ini dapat berlangsung dengan frekuensi yang lebih banyak dan dapat menimbulkan masalah," lanjut Dr. Bornemann seperti dilansir dari ivillage.

Sebuah studi khusus tentang seksomnia yang dilakukan oleh Dr. Carlos Schenck dan Mark Mahowald dari University of Minnesota serta Dr. Isabelle Arnulf dari Stanford University School of Medicine menunjukkan bahwa kondisi seksomnia berbeda pada pria dan wanita.

Wanita cenderung melakukan masturbasi dan mengeluarkan erangan secara seksual, sedangkan pria lebih cenderung bercumbu dan bercinta saat seksomnianya sedang kambuh.
Hasil studi ini telah dipublikasikan pada tahun 2007 dalam jurnal Sleep.
Dr. Bornemann menambahkan seksomnia bisa terjadi pada orang yang sudah berpasangan maupun belum, meski kecenderungannya lebih besar pada orang yang punya pasangan.
Faktor lain seperti penggunaan obat tidur, obstructive sleep apnea (OSA), kelelahan ekstrem dan stres juga dapat memicu serangkaian seksomnia.

Jika metode-metode tertentu untuk mengatasi sejumlah faktor di atas tak mempan juga, ada obat yang bisa membantu mengatasinya yaitu Clonazepam.

"Obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi kecemasan atau berfungsi sebagai obat hipnotik-sedatif bagi penderita insomnia ini ternyata juga terbukti efektif menanggulangi 70 kasus seksomnia," ungkap Dr. Bornemann.

sumber:mindtalk.com

No comments:

Post a Comment