Saturday 4 August 2012

manusia berbuat dosa


MANUSIA (kecuali nabi) punya kemungkinan berbuat dosa, dan sebaik-baik perbuatan dosa adalah bertobat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Tobat mempunyai arti kembali kepada Allah, yang dirumuskan dengan menyesali perbuatan maksiat, berusaha tidak mengulangi, dan Allah menyediakan beragam media tobat.

Di semua ranah ibadah mahdlah, dari shalat, puasa Ramadan, hingga berhaji bisa menjadi  pintu tobat. Nabi suci diberikan otoritas untuk menjelaskan bahwa antara salat, antara Ramadan, dan antara haji adalah penghapus dosa.
Akumulasi dosa, baik dosa individual maupun dosa sosial, terjadi karena hilangnya rasa malu, mereka tidak lagi peduli terhadap lingkungan bahwa yang dikerjakan itu dibaca oleh orang lain. Terhadap lingkungan yang kasat mata sudah tidak punya rasa malu, apalagi terhadap Allah yang abstrak. Inilah, orang-orang yang oleh kitab suci disebut telah berhias dosa dan memandangnya sebagai  perbuatan terpuji (QS Fathir : 9)

Wahsyi, dia disebut oleh Alquran sebagai jawaban persoalan dari manusia yang berlumur dosa. Begitu padatnya dosa sampai tak dapat dihitung karena dosanya telah memenuhi sudut langit dan perut bumi. Nabi suci tidak dapat memberi jawaban tentang kasus Wahsyi ini, sehingga turun Surah Az Zumar Ayat 53 yang intinya, pendosa tidak boleh berputus asa dari kasih sayang Allah.

Pintu tobat telah dibuka selebar-lebarnya tidak hanya bagi Wahsyi, tetapi juga untuk kita semua, dari segala dosa, betapapun besarnya. Sepanjang bukan dosa sosial, Allah akan mencairkan ampunan dari rahim-Nya.
Lalu bagaimana dengan dosa sosial? Doakan saja orang yang kita sakiti, kembalikan hak mereka yang kita rampas, insya Allah kita menjadi manusia yang disucikan Allah.
Harapan menjadi manusia suci tidak terlalu sulit sepanjang batin dan jiwa mampu menyerap cahaya kebenaran yang bersumber dari yang suci sangkan paraning dumadi. Jika roh sangkan paraning dumadi itu telah bersemayam dalam sanubari kita maka penglihatan Tuhan ada pada diri kita, pendengaran Tuhan ada pada diri kita, langkah Tuhan menjadi langkah kita, ucapan Tuhan menjadi ucapan kita (Hadis Al Qudsiyyah, hal 55 ).

Bulan Para Pendosa

Dalam perjalanan panjang sejarah manusia, tiga sumber dosa utama telah mewarnai kehidupan. Arogansi, rakus, dan cemburu merupakan biangnya dosa, dan tiga dosa itu ada pada siapa saja. Persoalannya, apakah kita mau memupuk atau memupus. Jika mempupuk, tiga sumber dosa itu akan tumbuh dan berkembang, serta sembuh jika kita memupusnya. Semuanya terpulang kepada diri kita masing-masing untuk menentukan pilihan.
Ramadan sebagai bulan pilihan untuk beribadah secara cerdas. Ada penuturan Nabi kepada para sahabat tiap menjelang Ramadan mengenai lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya.

Pertama; barang siapa menghampiri Allah pada malam pertama dengan ketulusan maka Allah tidak akan menyiksa selamanya. Kedua; embusan aroma mulut pelaku ibadah puasa menjadi aroma keharuman pada hari kiamat.
Ketiga; siang dan malam para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka yang berpuasa. Keempat; Allah memberi instruksi khusus kepada surga VVIP untuk berhias, melayani, dan mempersilakan istirahat pelaku puasa Ramadan dari kepenatan hidup di dunia. Kelima; Allah mengampuni dosa mereka sebagai penyempurnaan upah puasanya (HR Ahmad ).

Tuhan merasa bangga kepada hamba-Nya yang datang pada Ramadan tahun ini dengan membawa sebongkah dosa. Kebaikan yang kita kerjakan tidak perlu kita tunjukkan kepada-Nya. Gemuruh istighfar lebih dicintai oleh Allah ketimbang bacaan tasbih, karena tanpa disucikan Allah sudah suci dengan sendirinya.
Nabi pun selalu beristighfar tiap hari tidak kurang dari 100 kali, sekalipun Beliau telah menjadi manusia suci. Ramadan memberi peluang besar kepada kita menjadi manusia suci, mari kita sambut dengan gembira kehadirannya.

sumber:http://ali-kenangankubersamamu.blogspot.com

No comments:

Post a Comment