Mikroorganisme tanah menyerap karbon dioksida hanya untuk mengubahnya menjadi gas rumah kaca lain yang jauh lebih kuat. Perubahan tersebut menegasikan hampir 17 persen kemampuan bumi menyerap emisi yang memerangkap panas.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pekan lalu, tim ilmuwan mengukur gas metana (CH4) dan dinitro oksida (N2O) yang dilepas tanah di hutan, padang rumput, gambut, dan lahan pertanian, termasuk sawah.
Meski jumlahnya tak sebesar karbon dioksida, kedua gas rumah kaca ini memiliki kekuatan memerangkap CO2 sekitar 30 dan 400 kali lipat.
“Itu mengingatkan kami bahwa ada banyak dimensi tanah sebagai penyimpan karbon,” kata Bruce Hungate, peneliti studi dan dosen ekologi ekosistem di Northern Arizona University.
Untuk memperoleh energi, mikroba tanah menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan metana dan dinitro oksida. Ketika konsentrasi karbon atmosfer diperkirakan naik dalam beberapa tahun mendatang, gas CH4 dan N2O yang dihasilkan akan sangat mempercepat laju pemanasan.
Secara keseluruhan, metana dan dinitro oksida yang dilepaskan oleh mikroba methanogen dan denitrifikasi tersebut membatalkan 16,6 persen karbon yang tersimpan dalam tanah di seluruh dunia.
Studi itu memperkirakan tingginya konsentrasi CO2 lingkungan pada 50-100 tahun mendatang akan menstimulasi kenaikan emisi N2O hingga 18,8 persen dan emisi metana tanah gambut sebesar 13,2 persen dibandingkan dengan kadar CO2 atmosfer pada saat ini. Emisi metana dari sawah juga naik sampai 43,4 persen.
TEMPO.CO
No comments:
Post a Comment