Monday, 7 November 2011

Wajah Bengkak Usai Warnai Rambut

Berharap bisa memiliki penampilan bak model, gadis 14 tahun bernama Chloe Robins mencoba untuk mengubah penampilannya. Chloe pun mulai dengan mengubah warna rambutnya. Tapi, alih-alih ingin cantik, gadis ini justru mengalami alergi. Setelah menggunakan produk pewarnaan rambut, ukuran kepala Chloe menjadi dua kali lebih besar dari ukuran normalnya. Ia merasa, wajahnya berubah seperti ukuran gajah. Melihat reaksi alergi yang dialaminya, ibu Chloe, Joanna langsung melarikan anaknya ke rumah sakit. Seperti dikutip laman Daily Mail, sebelum reaksi alergi menimbulkan ukuran kepala lebih besar, remaja dari Swaythling, Southampton, Hampshire, merasa kulit kepalanya gatal setelah menggunakan pewarna semi-permanen hitam, yang berisi bahan kimia para-phenylenediamine (PPD). Tetapi kurang dari 48 jam kemudian kepala dan lehernya membengkak, lebih besar dua kali dari ukuran normal, dan dia merasa kesakitan juga mengalami kesulitan bernapas. Dia pun mulai berteriak dan muntah sebelum ambruk pingsan. Saat itu Chloe, berniat ingin mewarnai rambutnya sebagai bagian dari pesta kostum Halloween zombie-nya. Dia berkata, "Aku membelinya karena aku berdandan sebagai zombie dan saya pikir itu akan baik-baik saja,” katanya. "Tapi kepala saya mulai gatal dan seperti orang gila. Kemudian timbul ruam mengerikan di kepala saya kemudian mulai menyebar dan bengkak. Aku sakit dan saya sangat takut. Saya pikir saya akan mati karena pewarna rambut”. Setelah mengalami reaksi alergi parah, Chole bercermin. Wajahnya terlihat begitu berbeda. “Mukaku bulat seperti piring, dan mataku tampak seperti katak. Rasanya seperti gajah." Chole memang sejak lama bercita-cita menjadi model. Ibunya pun sempat membantu Chloe menerapkan pewarna rambut di kepalanya Sabtu malam, dan Chloe mulai mendapatkan reaksi alergi pada hari Minggu pagi. "Dia benar-benar ingin merubah penampilannya untuk Halloween. Tapi lihat , apa yang terjadi. Pori-pori di kepala seperti mengalir nanah kuning. Kami bahkan tidak mengenalinya. Kami tidak tahu kapan itu akan berhenti. Kami pikir kepalanya akan meledak,” ujar Joanna. Akibat reaksi alergi ini, Chloe dan ibunya takut mimpi Chole menjadi model sirna gara-gara produk pewarna rambut. "Orang perlu tahu apa PPD. Para dokter yang merawat Chloe mengatakan ini adalah masalah yang sangat umum. " Meski sudah mengalami reaksi alergi parah, sayangnya Joanne dan putrinya belum mau mengungkapkan merek pewarna rambut yang mereka gunakan. Katanya, ini demi menghindari proses hukum terhadap perusahaan. Ia hanya mengatakan, bahwa produk ini termasuk produk merek ternama. Seorang pengacara asal Manchester Greg Almond pun telah meluncurkan kampanye melarang PPD dan mempertanyakan pada pemerintah soal masalah ini. "Diperkirakan ada satu juta pengguna produk ini di Inggris. Ini bisa menjadi masalah karena PPD banyak digunakan di produk perawatan rambut. Harus ada tindakan yang diambil,” katanya. Ia mengatakan PPD bisa berbahaya, dan dapat menyebabkan dermatitis. Ahli kulit kepala dan rambut Carol Walker, dari Birmingham Pusat Trichology menambahkan, "Saya telah menyerukan larangan dan pembatasan pada produk mengandung PPD untuk beberapa tahun. Saya juga berharap kita bisa memaksa pemerintah menyelidiki masalah ini." Sebelumnya, remaja 17 tahun, Tabatha McCourt mengalami kejadian tragis saat mewarnai rambutnya. 20 Menit setelah mengecat rambut, gadis ini menjerit-jerit kesakitan hingga menarik-narik rambut dan muntah sebelum pingsan di rumah seorang temannya. Tabatha lalu dibawa ke rumah sakit di Lanarkshire untuk memperoleh perawatan. Namun dia tak tertolong, dan meninggal dunia hari itu juga. Para dokter tengah menyelidiki kemungkinan dia menderita reaksi alergi langka akibat bahan kimia hidrogen peroksida dalam pewarna rambut tersebut.

No comments:

Post a Comment